Selasa, 20 Mei 2008

Seratus Tahun Kebangkitan Nasional : Seratus Tahun Mencoba Merdeka

Gambar

Setiap tanggal dua puluh mei, kita memperingati hari kebangkitan nasional. Tahun ini, 2008, sudah genap serabad yang lalu Boedi Oetomo didirikan. Mengapa hari pendirian Boedi Oetomo dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional? Ini tidak lepas dari semangat para pemuda waktu itu, yang sebelumnya berhaluan kedaerahan, bersatu dalam perhimpunan nasional, guna meraih kemerdekaan bangsa. Hal tersebut patut dilakukan, sebab dengan bersatunya kekuatan secara nasional, maka kekuatan-kekuatan penjajah mampu dikalahkan.
Kita ingat pelajaran sejarah, dimana perjuangan kedaerahan melawan penjajah selalu menemui kegagalan yang disebabkan kita mudah dipecah belah. Awal dari hasil perjuangan adalah tanggal tujuh belas agustus tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima, hari dimana proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Ingat, ini masih merupakan awal. Mempertahankan lebih sulit daripada merebut.
Di awal kemerdekaan, semangat nasionalisme masih menggebu-gebu. Namun, sekarang mulai kendur karena kita tidak mampu memerangi penjajahan model baru, neo-kolonialisme, sebuah kata yang ditakutkan Pak Karno, Sang Proklamator, dulu. Penjajahan itu dilakukan secara halus dan dilakukan secara halus. Penjajahan yang dilakukan secara terselubung melalui kesenangan, kemewahan, kemudahan, dan keindahan semu. Sadar tidak bila setiap detik kita telah kerampokan. Lihat kayu kita yang diselundupkan ke negeri seberang. Lihat emas dan minyak kita yang bikin gemuk bangsa lain. Dan pulsa hp kita yang ditadah negara orang. Bahkan dengan demikian, komunikasi dan telekomukasi kita dapat disadap negara tersebut.
Bayangkan, keamanan negara kita terancam olehnya. Selain itu, seks bebas, hura-hura, pemborosan, dan korupsi adalah budaya "impor" yang tidak ada di kebudayaan luhur kita. Sebuah negara adidaya dengan perlindungan bisnis, mempertontonkan acara hura-hura, kelakuan kurang ajar, dan tindakan kelewat batas di suatu televisi. Seks bebas terjadi dikarenakan pemuda dan pemudi menonton acara, katanya untuk mereka, yang bukan sepatutnya untuk mereka. Seks bebas di sini bukanlah hanya hubungan kelamin, namun hubungan mesra di luar nikah yang di luar agama. Terutama, bila sudah parah, dilakukan di tempat sepi yang temaram yang berpotensi terjadi perzinaan, baik zina mata, zina pikiran, dan zina perbuatan.
Korupsi terjadi karena sikap boros dan hura-hura tersebut. Agar tampak keren dan berderajat. Padahal dengan korupsi derajat mereka tidak lebih baik dari tukang kebun yang merawat taman kantor mereka.
Bicara tentang korupsi, hal ini sudah membudidaya dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Semisal tukang parkir, walaupun tidak semua tukang parkir melakukannya, tidak memberikan uang kembalian lima ratus rupiah dari pengguna parkir. Apalah arti lima ratus rupiah? Wah, besar sekali. Coba bila setiap hari ada seratus kendaraan yang parkir, berarti setiap hari ada lima puluh ribu rupiah yang didapat, dan sekurangnya satu setengah juta rupiah sebulan, uang yang tidak masuk kas daerah. Sebuah upah yang melebihi gaji pokok seorang karyawan bank.
Bukan cuma tukang parkir, bahkan pernah tampak di televisi, seorang petugas dllaj, mengadahkan tangan, meminta uang kepada sopir bus dan truk, yang mengatur lalu lintas di sebuah terminal. Kayaknya sih kecil, namun bila menggunakan perhitungan tukang parkir tadi, nilainya juga besar.
Sudahlah, masih banyak contoh korupsi kecil-kecilan yang merupakan bibit dari korupsi besar. Ingat, hal besar dimulai dari hal kecil. Pernah ada seorang ekstrim berkata harus memusnahkan satu generasi, untuk memberantas korupsi, dan memberi kesempatan generasi yang baru untuk berkembang tanpa budaya korupsi. Ingat kisah kaum terdahulu yang dimusnahkan karena kelakuan bejat mereka tidak bisa disembuhkan. Semoga saja kita tidak termasuk, karena dengan kemauan dan tindakan kita dapat menanggulangi korupsi tanpa harus dimusnahkan.
Sekian semoga menjadi pelajaran untuk mencintai tanah air. Kita tidak boleh hanya mencoba merdeka, tapi harus meraih tidak dengan coba-coba dan dengan kesunguhan hati. Selamat Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2008. Indonesia Bisa! /span>
<

Tidak ada komentar: