Senin, 09 Juni 2008

Kurang Lima Ratus


"Kurang lima ratus," kata kondektur bus, waktu aku menyodorkan selembar uang seribuan. Kemarin Sabtu, 24 Mei 2008, aku pulang sekolah naik bis. Malam sebelumnya, pukul sembilan, pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak. Bagi kebanyakan orang merupakan hal sangat memberatkan. Kenaikan harga bahan bakar minyak, selalu menyebabkan kenaikan harga-harga lain. Kebanyakan kendaraan transportasi di Indonesia, masih mempergunakan bahan bakar minyak.
Indonesia, negara anggota OPEC, negara pengekspor minyak dunia, katanya memiliki kekayaan minyak yang melimpah, seharusnya bisa diuntungkan dengan kenaikan minyak dunia. Namun, hal itu tidak terjadi di Indonesia.
Korupsi, lagi-lagi korupsi, korupsilah sebagai penghambat. Bila korupsi sudah dibumihanguskan, kemakmuran bangsa bisa didapat, tidak hanya segelintir manusia. Kebodohan juga. Bila pintar, bisa efisien, menghemat biaya yang tidak perlu. Bila pintar, tidak perlu mengimpor minyak. Malu dong, negara penghasil minyak, kok impor minyak. Dan niat serta keberanian untuk berubah. Tanpa niat dan keberanian untuk berubah, mustahil hal-hal tersebut dapat terwujud.
Lihat Rusia. Setelah tumbangnya Uni Soviet, Rusia nyaris bangkrut, tertimbun utang-utang warisan penguasa sebelumnya. Akan mereka yakin bisa bangkit. Keyakinan mereka terbukti. Rusia berhasil membayar lunas semua utangnya. Apalagi, kalau bukan dari minyak. Mereka, walaupun bukan anggota OPEC, negara pengekspor minyak besar, yang hanya bisa dikalahkan Arab Saudi.
Semoga dengan ini, kita bisa bangkit dari keterpurukan.

Tidak ada komentar: