Sejarah Keluarga Bani Umayyah
Nama Bani Umayyah dalam bahasa Arab berarti anak turun Umayyah, yaitu Umayyah bin Abdul Syams. Ia adalah salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy. Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad SAW.
Di masa sebelum Islam, Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim. Pada waktu itu, Bani Umayyah lebih berperan dalam masyarakat Mekkah. Hal ini disebabkan, mereka menguasai pemerintahan dan perdagangan yang banyak bergantung kepada pengunjung Kakbah. Dipihak lain, Bani Umayyah adalah orang-orang yang sederhana.
Dengan berkembangnya agama Islam, Bani Umayyah merasa bahwa kekuasaannya terancam. Oleh sebab itu, mereka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW, misalnya Abu Sufyan bin Harb. Ia adalah salah satu anggota Bani Umayyah yang beberapa kali menjadi pemimpin suku Quraisy Mekkah dalam peperangan melawan Nabi Muhammad SAW.
Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut Mekkah, Abu Syufyan dan pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathu Makkah dan terjadi pada tahun 8 Hijriah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Mu’awiyah bin Abu Sufyan memeluk Islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam sejarah Islam.
MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh berpengaruh dari Bani Umayyah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada saat terjadi Fathu Makkah. Pada masa Nabi Muhammad SAW, ia menjadi salah satu periwayat hadist yang baik. Pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Mu’awiyah bin Abu Sufyan memimpin tentara Islam dalam Perang Riddah untuk menumpas golongan kaum murtad.
Peran Mu’awiyah bin Abu Sufyan bertambah besar pada masa Khalifah Usman bin Affan. Pada waktu itu, Mu’awiyah bin Abu Sufyan menjabat gubernur di Damaskus (Suriah). Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan menyebabkan perpecahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan dengan Ali bin Abi Talib dalam menangani kasus terbunuhnya Usman bin Affan
BERDIRINYA KEKAHALIFAHAN BANI UMAYYAH
Perselisihan antara Ali bin Talib dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi Perang Siffin. Perang tersebut diakhiri Peristiwa tahkim yang menyebabkan munculnya kelompok al-Khawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Talib yang tidak menerima hasil tahkim. Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Talib oleh Ibnu Muljam dari kelompok al-Khawarij.
Sepeninggal Ali bin Abi Talib, pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, Hasan bin Ali. Akan tetapi, pemerintahan Hasan bin Ali hanya bertahan beberapa bulan saja. Posisinya yang semakin lemah, keinginannya untuk mrnyatukan seluruh umat Islam, membuat ia menyerahkan pemerintahan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Hasan bin Ali tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang meminta banyak korban jiwa di kalangan umat Islam.
Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan amul jama’ah atau tahun penyatuan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 41 H atau 661 M. Sejak saat itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang ole Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah).
MASA PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH
Bani Umayyah memegang kekuasaan Islam selama sembilan puluh tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Selama kurun waktu tersebut pemerintahan di pegang oleh empat belas orang khalifah. Khalifah-khalifah itu adalah sebagai berikut:
Di masa sebelum Islam, Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim. Pada waktu itu, Bani Umayyah lebih berperan dalam masyarakat Mekkah. Hal ini disebabkan, mereka menguasai pemerintahan dan perdagangan yang banyak bergantung kepada pengunjung Kakbah. Dipihak lain, Bani Umayyah adalah orang-orang yang sederhana.
Dengan berkembangnya agama Islam, Bani Umayyah merasa bahwa kekuasaannya terancam. Oleh sebab itu, mereka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW, misalnya Abu Sufyan bin Harb. Ia adalah salah satu anggota Bani Umayyah yang beberapa kali menjadi pemimpin suku Quraisy Mekkah dalam peperangan melawan Nabi Muhammad SAW.
Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut Mekkah, Abu Syufyan dan pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathu Makkah dan terjadi pada tahun 8 Hijriah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Mu’awiyah bin Abu Sufyan memeluk Islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam sejarah Islam.
MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh berpengaruh dari Bani Umayyah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada saat terjadi Fathu Makkah. Pada masa Nabi Muhammad SAW, ia menjadi salah satu periwayat hadist yang baik. Pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Mu’awiyah bin Abu Sufyan memimpin tentara Islam dalam Perang Riddah untuk menumpas golongan kaum murtad.
Peran Mu’awiyah bin Abu Sufyan bertambah besar pada masa Khalifah Usman bin Affan. Pada waktu itu, Mu’awiyah bin Abu Sufyan menjabat gubernur di Damaskus (Suriah). Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan menyebabkan perpecahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan dengan Ali bin Abi Talib dalam menangani kasus terbunuhnya Usman bin Affan
BERDIRINYA KEKAHALIFAHAN BANI UMAYYAH
Perselisihan antara Ali bin Talib dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi Perang Siffin. Perang tersebut diakhiri Peristiwa tahkim yang menyebabkan munculnya kelompok al-Khawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Talib yang tidak menerima hasil tahkim. Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Talib oleh Ibnu Muljam dari kelompok al-Khawarij.
Sepeninggal Ali bin Abi Talib, pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, Hasan bin Ali. Akan tetapi, pemerintahan Hasan bin Ali hanya bertahan beberapa bulan saja. Posisinya yang semakin lemah, keinginannya untuk mrnyatukan seluruh umat Islam, membuat ia menyerahkan pemerintahan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Hasan bin Ali tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang meminta banyak korban jiwa di kalangan umat Islam.
Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan amul jama’ah atau tahun penyatuan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 41 H atau 661 M. Sejak saat itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang ole Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah).
MASA PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH
Bani Umayyah memegang kekuasaan Islam selama sembilan puluh tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Selama kurun waktu tersebut pemerintahan di pegang oleh empat belas orang khalifah. Khalifah-khalifah itu adalah sebagai berikut:
- Mu’awiyah bin Abu Sufyan (Mu’awiyah I) - (661M-680M)
- Yazid bin Mu’awiyah (Yazid I) - (680M-683M)
- Mu’awiyah bin Yazid (Mu’awiyah II) - (683M-684M)
- Marwan bin Hakam (Marwan I) - (684M-685M)
- Abdul Malik bin Marwan - (685M-705M)
- Al-Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I) - (705M-715M)
- Sulaiman bin Abdul Malik - (715M-717M)
- Umar bin Abdul Aziz (Umar II) - (717M-720M)
- Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) - (720M-724M)
- Hisyam bin Abdul Malik - (724M-743M)
- Walid bin Yazid (Al-Walid III) - (743M-744M)
- Yazid bin Walid (Yazid III) - (744M)
- Ibrahim bin Walid - (744M)
- Marwan bin Muhammad (Marwan II) - (744M-750M)
Di antara khalifah-khalifah itu terdapat beberapa khalifah yang menonjol dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan agama serta kebudayaan umat Islam. Khalifah-khalifah tersebut adalah sebagai berikut:
a MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah pendiri kekhalifahan Bani Umayyah. Ia memerintah selama sembilan belas tahun (661M-680M). Pada masa pemerintahannya, Islam menyebar ke arah barat dan timur. Di bidang pemerintahan, Mu’awiyah bin Abu Sufyan mendirikan pos dinas untuk memperlancar administrasi pusat dengan daerah. Di bidang perekonomian, ia mencetak mata uang. Selanjutnya di bidang hukum, ia memunculkan profesi qadi yang bertugas untuk memutuskan hukum dalam permasalahan-permasalahan yang muncul di kalangan umat Islam.
b ABDUL MALIK BIN MARWAN
Abdul Malik bin Marwan memerintah selama dua puluh tahun (685M-705M). Pada masa pemerintahannya, tentara Islam bergerak lebih jauh ke timur. Disamping perluasan wilayah, ia juga mengubah mata uang Byzantium dan Persia menjadi mata uang bertuliskan kata dalam huruf Arab. Selain itu, ia juga menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi negara.
c AL-WALID BIN ABDUL MALIK
Al-Walid bin Abdul Malik memerintah selama sepuluh tahun (705M-715M). Pada masa pemerintahannya, tentara Islam menguasai Maroko dan Aljazair di Afrika Utara. Tahun 711M, ia mengirim pasukan Islam yang dipimpin Tariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dan menyerang Spanyol serta berhasil menguasai Kordora, Sevilla, Elvira, dan Toledo. Di bidang sosial, ia membangun panti untuk orang cacat. Semua pegawai yang bekerja di panti itu mendapatkan gaji tetap dari khalifah. Selain itu, ia juga membangun jaringan jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid.
d UMAR BIN ABDUL AZIZ
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 717M. Beliau di bai'at sebagai khalifah pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Umar bin Abdul Aziz memerintah dalam waktu tidak lama, hanya sampai tahun 720M atau hanya selama tiga tahun. Walaupun sebentar, ia berhasil mencapai banyak kemajuan. Pada waktu itu, tentara Islam dipimpin Abdurrahman al-Gafiqi memasuki Bordeaux, Poitier, dan Tour di Perancis. Angkatan laut Islam juga berhasil menguasai pulau-pulau di Laut Tengah. Setelah perluasan wilayah tersebut, ia menitikberatkan perhatiannya di bidang politik dan pemerintahan dalam negeri. Ia mulai menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah serta memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk menjalankn ibadahnya. Ia juga memperingan pajak dan menyamakan kedudukan orang Arab dengan orang Malawi.
e HISYAM BIN ABDUL MALIK
Hisyam bin Abdul Malik memerintah selama sembilan belas tahun (724M-743M). Pada masa pemerintahannya, Bani Umayyah mengalami kemunduran. Hal itu di sebabkan banyak kerusuhan dan gerakan yang melawan khalifah. Di antara gerakan yang paling kuat adalah gerakan dari Bani Hasyim yang di dukung oleh kaum Malawi. Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya merupakan khalifah yang cakap. Ia banyak melakukan pembenahan dalam pemerintahannya. Akan tetapi, gerakan perlawanan pada waktu itu sudah sedemikian kuat. Selain itu, sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
FAKTOR PENYEBAB KEHANCURAN BANI UMAYYAH
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
a MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah pendiri kekhalifahan Bani Umayyah. Ia memerintah selama sembilan belas tahun (661M-680M). Pada masa pemerintahannya, Islam menyebar ke arah barat dan timur. Di bidang pemerintahan, Mu’awiyah bin Abu Sufyan mendirikan pos dinas untuk memperlancar administrasi pusat dengan daerah. Di bidang perekonomian, ia mencetak mata uang. Selanjutnya di bidang hukum, ia memunculkan profesi qadi yang bertugas untuk memutuskan hukum dalam permasalahan-permasalahan yang muncul di kalangan umat Islam.
b ABDUL MALIK BIN MARWAN
Abdul Malik bin Marwan memerintah selama dua puluh tahun (685M-705M). Pada masa pemerintahannya, tentara Islam bergerak lebih jauh ke timur. Disamping perluasan wilayah, ia juga mengubah mata uang Byzantium dan Persia menjadi mata uang bertuliskan kata dalam huruf Arab. Selain itu, ia juga menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi negara.
c AL-WALID BIN ABDUL MALIK
Al-Walid bin Abdul Malik memerintah selama sepuluh tahun (705M-715M). Pada masa pemerintahannya, tentara Islam menguasai Maroko dan Aljazair di Afrika Utara. Tahun 711M, ia mengirim pasukan Islam yang dipimpin Tariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dan menyerang Spanyol serta berhasil menguasai Kordora, Sevilla, Elvira, dan Toledo. Di bidang sosial, ia membangun panti untuk orang cacat. Semua pegawai yang bekerja di panti itu mendapatkan gaji tetap dari khalifah. Selain itu, ia juga membangun jaringan jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid.
d UMAR BIN ABDUL AZIZ
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 717M. Beliau di bai'at sebagai khalifah pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Umar bin Abdul Aziz memerintah dalam waktu tidak lama, hanya sampai tahun 720M atau hanya selama tiga tahun. Walaupun sebentar, ia berhasil mencapai banyak kemajuan. Pada waktu itu, tentara Islam dipimpin Abdurrahman al-Gafiqi memasuki Bordeaux, Poitier, dan Tour di Perancis. Angkatan laut Islam juga berhasil menguasai pulau-pulau di Laut Tengah. Setelah perluasan wilayah tersebut, ia menitikberatkan perhatiannya di bidang politik dan pemerintahan dalam negeri. Ia mulai menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah serta memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk menjalankn ibadahnya. Ia juga memperingan pajak dan menyamakan kedudukan orang Arab dengan orang Malawi.
e HISYAM BIN ABDUL MALIK
Hisyam bin Abdul Malik memerintah selama sembilan belas tahun (724M-743M). Pada masa pemerintahannya, Bani Umayyah mengalami kemunduran. Hal itu di sebabkan banyak kerusuhan dan gerakan yang melawan khalifah. Di antara gerakan yang paling kuat adalah gerakan dari Bani Hasyim yang di dukung oleh kaum Malawi. Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya merupakan khalifah yang cakap. Ia banyak melakukan pembenahan dalam pemerintahannya. Akan tetapi, gerakan perlawanan pada waktu itu sudah sedemikian kuat. Selain itu, sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
FAKTOR PENYEBAB KEHANCURAN BANI UMAYYAH
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
- Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
- Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
- Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
- Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
- Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi'ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
PENINGGALAN BERSEJARAH BANI UMMAYAH
Pada masa Bani Umayyah pembangunan fisik juga mendapatkan perhatian yang besar. Dengan berpindahnya pusat kekuasaan keluar dari Jazirah Arab, pembangunan fisik juga tidak terpusat di Jazirah Arab saja. Usaha yang dilakukan oleh Bani Umayyah dalam kaitannya dengan keberadaan bangunan bersejarah adalah :
- Mengubah Katedral St. John di Damaskus menjadi masjid;
- Menggunakan Katedral Hims sebagai gereja sekaligus masjid;
- Merenovasi Masjid Nabawi;
- Membangun Istana Qusayr Amrah dan Istana al-Musatta yang digunakan sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.
Bukti-bukti peninggalan tersebut menunjukkan bahwa pada masa Bani Umayyah umat Islam sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Hal itu menjadi cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan yang ada pada saat ini.
LIHAT PULA
LIHAT PULA
6 komentar:
makasih ya... sangat membantu nih.
wahh..membantu nehh..
maaf,,
sumbernya darimana ya, kalo boleh tau?trimakasih,,
Halo Anonim,
Sumber dari artikel ini adalah penjelasan dari guru agama aku, waktu pelajaran pendidikan agama islam di SMA.
trime kasih..info2 ni sgt mbantu utk presentation next week..shukran...=D
Assalamu'alaikum wr. wb.
Syukron katsir..
Artikel ini sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas sekolah.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Posting Komentar